Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat sebuah ritual yang cukup unik dan menarik perhatian, yaitu ritual mandi darah di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Meskipun terdengar menakutkan, ritual ini sebenarnya memiliki makna yang positif sebagai bentuk kesyukuran terhadap Sang Pencipta.
Latar Belakang Ritual Mandi Darah
Ritual mandi darah kerbau dijalani Fitri Ramadona Siti, gadis asal Kabupaten Muratara sebagai rasa syukur karena baru saja lulus kuliah. (Foto: sindonews.net) |
Ritual mandi darah dilakukan sebagai bentuk nazar atau janji seseorang ketika permohonannya terkabul. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang berhasil lulus dengan nilai memuaskan bisa bernazar akan mandi darah sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diterimanya. Demikian pula dengan pencapaian lainnya, seperti kesuksesan dalam bisnis atau hal lainnya, seseorang dapat bernazar untuk mandi darah sebagai bentuk rasa syukur.
Proses Pelaksanaan Ritual
Ritual mandi darah di Muratara menggunakan darah hewan ternak seperti sapi, kerbau, atau kambing. Pemilihan jenis darah hewan tergantung pada kemampuan finansial individu yang melakukan ritual. Misalnya, jika hanya memiliki dana untuk membeli kambing, maka darah kambing yang akan digunakan. Namun, jika memiliki dana lebih, bisa memilih darah sapi.
Proses ritual ini tidak terlalu rumit. Hewan ternak yang telah disembelih, darahnya akan ditampung dalam sebuah wadah seperti ember. Seorang tetua akan memimpin ritual ini dengan membaca doa-doa sebelum darah tersebut diguyurkan ke tubuh orang yang bernazar. Umumnya, ritual mandi darah ini hanya dilakukan oleh laki-laki. Saat proses mandi darah, lelaki tersebut akan telanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek agar darah hewan ternak membasahi seluruh bagian tubuhnya.
Sejarah dan Asal Usul Ritual
Asal usul ritual mandi darah ini tidak diketahui secara pasti. Ritual ini diyakini telah ada sejak zaman dahulu kala ketika masyarakat di wilayah Sumatera menganut agama Hindu dan Buddha. Setelah Islamisasi di Sumatera Selatan, mayoritas masyarakat meninggalkan kepercayaan lama beserta ritual ini. Namun, hingga kini, ritual mandi darah masih dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat di Muratara.
Di daerah Muratara, ritual ini dikenal dengan sebutan "Merabun Kemean". Setelah darah hewan digunakan untuk ritual, daging hewan tersebut biasanya digunakan untuk syukuran dan sisanya dijual ke pasar.
Perbandingan dengan Ritual Lain
Ritual mandi darah ini memiliki kemiripan dengan beberapa ritual dari budaya lain. Salah satunya adalah ritual yang ditampilkan dalam film kolosal "Vikings" di channel Historis. Film tersebut menceritakan sejarah penjarahan oleh bangsa Viking yang dipimpin oleh Ragnar Lothbrok ke Kerajaan Wessex, Inggris. Dalam salah satu episodenya, mantan istri Ragnar, Lagertha, yang menyembah Dewa Odin, melakukan ritual paganisme dengan menyembelih hewan ternak dan menggunakan darahnya sebagai persembahan untuk Dewa Odin.
Namun, terdapat perbedaan mendasar antara ritual mandi darah di Muratara dan ritual oleh kaum Viking. Ritual mandi darah di Muratara dianggap sebagai wujud syukur kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta, sedangkan kaum Viking mempersembahkan darah kepada Dewa Odin yang mereka yakini bersemayam di Valhalla.
Tradisi Mandi Kembang di Jawa
Selain ritual mandi darah, terdapat juga tradisi mandi kembang yang dikenal di masyarakat Jawa. Ritus ini biasanya dilakukan oleh wanita untuk memperoleh kecantikan, kebugaran, dan karisma. Mandi kembang juga dilakukan pada saat acara pernikahan, di mana calon pengantin wanita dimandikan dengan berbagai macam bunga pada malam 1 Syuro. Mandi kembang dipercaya dapat menyucikan hati, pikiran, serta menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mandi kembang juga dilakukan untuk membersihkan benda-benda pusaka seperti keris dan batu yang dianggap mistis dan memiliki kekuatan gaib.
Kesimpulan
Ritual mandi darah di Kabupaten Musi Rawas Utara adalah tradisi unik yang sarat akan makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Meskipun terkesan menakutkan, ritual ini memiliki nilai spiritual yang dalam bagi masyarakat yang melakukannya. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, ritual ini menunjukkan keragaman tradisi dan kepercayaan yang ada di Nusantara.
Post a Comment